Pengertian psikologi remaja dan perkembangan remaja
A. PENGERTIAN
REMAJA
Istilah
remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya adoloscentia yang
berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa yang mencakup
kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Kata tersebut mengandung aneka
kesan, ada yang berkata bahwa remaja merupakan kelompok yang potensinya dapat
dimanfaatkan dan kelompok yang bertanggung jawab terhadap bangsa dalam masa
depan.
Masa
remaja merupakan masa perkembangan menuju kematangan jasmani, seksualitas,
pikiran dan emosional. Masa remaja kadang panjang kadang pendek tergantung
lingkungan dan budaya di mana remaja itu hidup. Kehidupan remaja itu sendiri
merupakan salah satu fase perkembangan dari diri manusia. Fase ini adalah masa
transisi dari masa kanak-kanak dalam menggapai kedewasaan. Disebut masa
transisi karena terjadi saling pengaruh antara aspek jiwa dengan aspek yang
lain, yang kesumuanya akan mempengaruhi keadaan kehidupan remaja.
Neidahart
menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dan ketergantungan pada
masa anak-anak kemasa dewasa, dan pada masa ini remaja dituntut untuk mandiri.
Pendapat ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Ottorank bahwa masa
remaja merupakan masa perubahan yang drastis dari keadaan tergantung menjadi
keadaan mandiri, bahkan Daradjat mengatakan masa remaja adalah masa dimana
munculnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan
fisik yang lebih jelas dan daya fikir yang matang.
B. PERKEMBANGAN
FISIK DAN PSIKIS PADA MASA REMAJA
Perkembangan
fisik pada remaja mengalami perkembangan dengan cepat lebih cepat dibandingkan
dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan fisik mereka terlihat jelas
pada tungkai kaki dan tangan, otot-otot tubuh bekembang pesat sehingga
kelihatan bertubuh tinggi tetapi kepalanya masih mirip anak-anak.
Segala
fungsi jasmaniah pada fase ini mulai atau telah dapat bekerja. Kekuatan jasmani
mereka dapat dianggap sama dengan orang dewasa. Demikian pula, segi seks.
Mereka telah mampu berketurunan. Pertumbuhan jasmani dari luar dan dalam
(kelenjar) yang telah matang itu akan mengakibatkan timbulnya dorongan-dorongan
seks, yang perlu mendapat perhatian. Dorongan yang bersifat biologis tersebut
menimbulkan kegoncangan emosi, yang selanjutnya membawa berbagai tindakan,
kelakuan, atau sikap yang menjurus ke arah pemuasan dorongan tersebut. Pada
pria akan nampak hal-hal seperti:
a. timbulnya
rambut di daerah alat kelamin ‘public hair’.
b. timbulnya
rambut di ketiak ‘axillary hair’ seringkali tumbuh rambut di lengan, kaki dan
dada.
c. kulit
menjadi lebih kasar.
d. kelenjar
yang menghasilkan lemak di kulit ‘sebacious’ menjadi aktif sehingga timbul
banyak ‘kukul’ jerawat.
e. kelenjar
keringat bertambah besar dan aktif sehingga banyak keringat keluar.
f.
otot tubuh, kaki
dan tangan membesar.
g. timbulnya
perubahan suara pada umur kurang lebih 13 tahun suara mulai membesar.
Sedangkan
pada wanita akan nampak hal sebagai berikut:
a. Perkembangan
pinggul yang membesar dan menjadi bulat disebabkan oleh membesarnya tulang
pinggul ‘pelvis’.
b. Perkembangan
buah dada.
c. Timbulnya
rambut di daerah kelamin.
d. Timbulnya
rambut di ketiak.
e. Kelenjar
sebaceous menjadi lebih besar dan aktif yang menyebabkan timbulnya jerawat.
f.
Kelenjar keringat
menjadi lebih aktif.
g. Tumbuhnya
rambut di lengan dan kaki.
Dalam aspek psikis, pada usia ini pribadi
mereka masih mengalami kegoncangan dan ketidak pastian. Perhatian lawan jenis
sangat diharapkan, apabila tidak mendapatkan perhatian dari lawan jenis maka
terkadang akan merasa sedih, menyendiri, atau akan mencoba untuk melakukan
hal-hal yang menarik perhatian. Bahkan kadang-kadang ada yang mengalami
kegoncangan jiwa dengan bermacam-macam gejala.
Pada umur ini, mereka merasa betapa
pentingnya pengakuan sosial bagi remaja. Mereka akan merasa sedih, apabila
diremehkan atau dikucilkan dari masyarakat dan teman-temannya. Karena itu,
mereka tidak mau ketinggalan mode atau kebiasaan teman-temannya. Kadang-kadang
mereka juga marah kepada orang tuanya apabila mereka mencoba membatasi mereka.
Mereka juga sering marah pabila ditegur, dikritik, atau dimarahi di depan
teman-temannya karena takut akan kehilangan penghargaan dirinya.
C. PERKEMBANGAN
AGAMA PADA MASA REMAJA
Masa
remaja merupakan masa pencapaian identitas, bahkan bisa dikatakan perjuangan
pokok pada masa remaja adalah antara identitas dan kekacauan peran. Pada waktu
orang remaja menemukan siapa dirinya yang sebenarnya atau identitasdiri,
tumbuhlah kemampuan untuk mengikat kesetiaan kepada suatu pandangan atau
ideologi. Pada usia remaja, sering kali kita melihat mereka mengalami
kegoncangan atau ketidakstabilan dalam beragama. Misalnya, mereka kadang-kadang
sangat tekun sekali menjalankan ibadah, tetapi pada waktu lain enggan
melaksanakannya. Bahkan menunjukkan sekiap seolah-olah anti agama. Hal tersebut
karena perkembangan jasmani dan rohani yang yang terjadi pada masa remaja turut
mempengaruhi perkembangan agamannya. Dengan pengertian bahwa penghayatan
terhadap ajaran dan tindak keagamaan yang tampak pada para remaja banyak
berkaitan dengan faktor perkembangan jasmani dan mereka.
Zakiah
Daradjat, Starbuch, William James, sependapat bahwa pada garis besarnya
perkembangan penghayatan keagamaan itu dapat di bagi dalam tiga tahapan yang
secara kulitatif menunjukkan karakteristik yang berbeda.
Adapun
penghayatan keagamaan remaja adalah sebagai berikut:
1. Masa
awal remaja (12-18 tahun) dapat dibagi ke dalam dua sub tahapan sebagai
berikut:
Pertama; Sikap
negative (meskipun tidak selalu terang-terangan) disebabkan alam pikirannya
yang kritis melihat kenyataan orang-orang beragama secara hipocrit (pura-pura)
yang pengakuan dan ucapannya tidak selalu selaras dengan perbuatannya. Mereka
meragukan agama bukan karena ingin manjadi agnostik atau atheis, melainkan
karena ingin menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan
mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri.
Kedua;
Pandangan dalam hal ke-Tuhanannya menjadi kacau karena ia banyak membaca atau
mendengar berbagai konsep dan pemikiran atau aliran paham banyak yang tidak
cocok atau bertentangan satu sama lain.
Ketiga;
Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptic (diliputi kewas-wasan) sehingga
banyak yang enggan melakukan berbagai kegiatan ritual yang selama ini dilakukannya
dengan kepatuhan.
2. Masa
remaja akhir yang ditandai antara lain oleh hal-hal berikyut ini:
Pertama;
Sikap kembali, pada umumnya, kearah positif dengan tercapainya kedewasaan
intelektual, bahkan agama dapat menjadi pegangan hidupnya menjelanh dewasa.
Kedua;
Pandangan dalam hal ke-Tuhanan dipahamkannya dalam konteks agama yang dianut
dan dipilihnya.
Ketiga;
Penghayatan rohaniahnya kembali tenang setelah melalui proses identifikasi dan
merindu puja ia dapat membedakan antara agama sebagai doktrin atau ajaran dan
manusia penganutnya, yang baik shalih) dari yang tidak. Ia juga memahami bahwa
terdapat berbagai aliran paham dan jenis keagamaan yang penuh toleransi
seyogyanya diterima sebagai kenyataan yang hidup didunia ini.
Kehidupan
keagamaan mempunyai beberapa sisi, hal ini kemudian disebut sebagai dimensi
rasa keagamaan Verbit 1970 mengemukakan enam dimensi rasa agama, yaitu doctrine,
ritual, emotion, knowledge, ethic, dan community. Perkembangan dimensi
Doctrine.
Doctrine
adalah pernyataan tentang hubungan dengan tuhan, oleh Stark dan Glock disebut
dimensi belief yaitu keyakinan tentang ajaran ajaran agama. Perkembangan
dimensi agama pada usia remaja bersifat abstrak, yang merupakan penilaian diri
secara abstrak tentang berbagai hal yang berkaitan dengan tuhan. Pemahaman
agama pada masa remaja bisa merupakan kelanjutan dari apa yang diperoleh pada
usia kanak-kanan, bisa juga merupakan hal baru yang diterima oleh remaja.
Tetapi dari segi cara pandang remaja terhadap kebenaran berkaitan dengan tuhan
atau kebenaran agama berbeda dengan masa sebelumnya.
a. Perkembangan
dimensi Ritual
Ritual
adalah dimensi rasa keagamaan yang berkaitan dengan perilaku peribadatan yang
menunjukkan pernyataan tentang keyakinan diri terhadap tuhan dan ajarannya.
Pada masa remaja, tujuan dan sifat peribadatan sudah bersifat abstrak dan umum,
serta sudah mulai terdapat dorongan dari dalam diri. Intensitas dan kualitas
peribadatan remaja ini sangat dipengaruhi oleh pembiasaan ritual yang sudah ia
terima semasa kanak kanak dan juga peristiwa peristiwa kejiwaan yang sedang
dialaminya.
b. Perkembangan
Emotion keagamaan
Perkembangan
dimensi emosi (emotion) keagamaan remaja banyak dipengaruhi oleh perkembangan
emosi pada umumnya. Situasi emosi remaja banyak dipengaruhi oleh perasaan
perasaan yang baru diantaranya rasa khawatir (anxiety) yang muncul karena
proses menuju kemandirian, raa kebingungan (confusion and conflict) antara
nilai dan realita yang ada di lingkungan sekitarnya, juga timbulnya perasaan
cinta terhada lawan jenisnya. Kesensitifan emosi remaja disebabkan karena dalam
diri mereka muncul sikap yang wajar menurut orang dewasa.
c. Perkembangan
pengetahuan keagamaan
Perkembangan
pengetahuan keagamaan berkaitan dengan keterlibatan diri terhadap pemilikan
pengetahuan yang meliputi semua aspek keagamaan.perkembangan intelektual remaja
merupakan fase formal operation. Unsur pokok pemikirannya adalah pemikiran
deduktif, induktif, dan abstraktif. Mereka memecahkan permasalahan yang
dihadapi dengan reasoning dan logika. Pemikiran keagamaan yang tertanam pada
usia anak yang akan muncul lagi dengan disertai daya kritik dan evaluasi
terhadap pemikiran tersebut.
d. Etik
keagamaan
Perkembangan
etika keagamaan erat hubungan dengan perkembangan moral, yaitu aspek jiwa yang
berkaitan dengan dorongan untuk berperilaku sesuai dengan aturan moral di
lingkungannya. Perkembangan moral pada usia remaja disebut fase autonomy, yaitu
fase ketika orientasi moral didasarkan pada prinsip prinsip aturan yang telah
terinternalisasikan dalam hati nurani melalui otoritas eksternal dan orientasi
sosial.
e. Perkembangan
orientasi sosial keagamaan
Kelompok
kawan sebaya merupakan faktor pemberi pengaruh yang cukup kuat terhadap
perkembangan remaja, karena kelompok kawansebayanya merupakan media
pengembangan dorongan kemandiriannya Kelompok teman sebaya seagama akan menjadi
sumber proses pengayaan konsep keagamaan remaja melalui proses aplikasi
perilaku dan juga menumbuhkan rasa kepedulian sosial keagamaan, sebagai
dorongan diri yang diperlukan untuk dasar aplikasi ajaran agam tentang ikatan
social kemasyarakatan.
D.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN AGAMA PADA MASAREMAJA
Perkembangan
rasa keamaan pada masa remaja sangat dipengaruhi oleh tumbuhnya hati nurani
keagamaan, baik kualitasnya pada akhir usia anak maupun perkembangan pada usia
remaja. Hati nurani yang sudah tumbuh kuat pada akhir masa anak-anak akan akan
memudahkan perkembangan rasakeagamaanpadamasaremaja.
Faktor consience atau hati nurani ini mempunyai padanan kata superego, inner light dan inner policemen. Pada masa remaja, anak masuk ke dalam tahap pendewasaan, dimana hati nurani (conscience) sudah mulai berkembang melalui pengembangan dan pengayaan pada usia anak melalui proses sosialisasi. Proses sosialisasi nilai tersebut terlaksana melalui proses identifikasi anak terhadap perilaku orang tuanya dan juga orang orang di sekelilingnya yang memiliki kesan dominan secara kejiwaan, sehingga terjadi proses imitasi sikap dan perilaku. Kekuatan dari kata hati sebagiannya justru terletak pada ketidak mengertian anak, karena dengan begitu konsep nilai yang masuk dalam diri anak terbentuk melalui proses tanpa tanya, begitu saja terserap tanpa adanya reaksi dari dalam.
Proses kerja hati nurani dibantu oleh gejala jiwa yang lain yang disebut rasa bersalah (guilt) dan rasa malu (shame), yang akan muncul setiap kali ia melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hati nuraninya. Clark menyatakan bahwa kapasitas untuk memiliki kata hati adalah merupakan potensi bawaan bagi setiap manusia, tetapi substansi dari kata hati merupakan hasil dari proses belajar.
Rasa bersalah (guilt) adalah perasaan yang tumbuh jika dirinya tidak melakukan sesuatu sesuai dengan hati nuraninya. Beriringan dengan itu kemudian muncul rasa rasa malu (shame), yaitu reaksi emosi yang tidak menyenangkan terhadap perkiraan penilaian negatif dari orang lain terhadap dirinya. Kata hati, rasa bersalah dan rasa malu dalam perkembangan religiousitas adalah mekanisme jiwa yang terbentuk melalui proses internalisasi nilai nilai keagamaan pada usia anak, yang akan berfungsi sebagai pengontrol perilaku pada usia remaja.
Hati nurani mulai mengambil peran pada masa remaja yang juga membantu dalm proses pemilikan pandangan hidup yang akan menjadi dasar dasar pegangan hidupnya dalam bermasyarakat.
Menurut W. Stabuck, pertumbuhan dan perkembangan agama dan tindak lanjut keagamaan remaja sangat berkaitan dengan:
1. Pertumbuhan dan Pikiran Mental
Pertumbuhan kognitif memberi kemungkinan terjadi perpindahan/transisi dari agama yang lahiriyah menuju agma yang batiniah. Perkembangan kognitif memberi kemungkinan remaja untuk meninggalkan agama anak-anak yang diperoleh dari lingkungan dan mulai memikirkan konsep serta bergerak menuju agama “iman” yang sifatnya sungguh-sungguh personal.
2.PerasaaanBeragama
Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Kondisi ini menyebabkan terjadinya perubahan emosi yang begitu cepat dalam diri remaja. Ketidakstabilan perasaan remaja kepada Tuhan/Agama. Perasaan remaja pada agama adalah ambivalensi. Kadang-kadang sangat cinta dan percaya pada Tuhan, tetapi sering pula berubah menjadi acuh tak acuh dan menentang.
3. Pertimbangan Sosial
Dalam kehidupan keagamaan, remaja cenderung dihadapkan pada konflik antara pertimbangan moral dan materil. Terhadap konflik ini remaja cenderung bingung untuk menentukan pilihan. Kondisi ini menyebabkan remaja menjadi cenderung pada pertimbangan lingkungan sosialnya.
4.PerkembanganMoral
Pertumbuhan dan perkembangan moral terjadi melalui pengalaman-pengalaman dan pembiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua. Perkembangannya baru dapat dikatakan mencapai kematangan pada usia remaja.
Faktor consience atau hati nurani ini mempunyai padanan kata superego, inner light dan inner policemen. Pada masa remaja, anak masuk ke dalam tahap pendewasaan, dimana hati nurani (conscience) sudah mulai berkembang melalui pengembangan dan pengayaan pada usia anak melalui proses sosialisasi. Proses sosialisasi nilai tersebut terlaksana melalui proses identifikasi anak terhadap perilaku orang tuanya dan juga orang orang di sekelilingnya yang memiliki kesan dominan secara kejiwaan, sehingga terjadi proses imitasi sikap dan perilaku. Kekuatan dari kata hati sebagiannya justru terletak pada ketidak mengertian anak, karena dengan begitu konsep nilai yang masuk dalam diri anak terbentuk melalui proses tanpa tanya, begitu saja terserap tanpa adanya reaksi dari dalam.
Proses kerja hati nurani dibantu oleh gejala jiwa yang lain yang disebut rasa bersalah (guilt) dan rasa malu (shame), yang akan muncul setiap kali ia melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hati nuraninya. Clark menyatakan bahwa kapasitas untuk memiliki kata hati adalah merupakan potensi bawaan bagi setiap manusia, tetapi substansi dari kata hati merupakan hasil dari proses belajar.
Rasa bersalah (guilt) adalah perasaan yang tumbuh jika dirinya tidak melakukan sesuatu sesuai dengan hati nuraninya. Beriringan dengan itu kemudian muncul rasa rasa malu (shame), yaitu reaksi emosi yang tidak menyenangkan terhadap perkiraan penilaian negatif dari orang lain terhadap dirinya. Kata hati, rasa bersalah dan rasa malu dalam perkembangan religiousitas adalah mekanisme jiwa yang terbentuk melalui proses internalisasi nilai nilai keagamaan pada usia anak, yang akan berfungsi sebagai pengontrol perilaku pada usia remaja.
Hati nurani mulai mengambil peran pada masa remaja yang juga membantu dalm proses pemilikan pandangan hidup yang akan menjadi dasar dasar pegangan hidupnya dalam bermasyarakat.
Menurut W. Stabuck, pertumbuhan dan perkembangan agama dan tindak lanjut keagamaan remaja sangat berkaitan dengan:
1. Pertumbuhan dan Pikiran Mental
Pertumbuhan kognitif memberi kemungkinan terjadi perpindahan/transisi dari agama yang lahiriyah menuju agma yang batiniah. Perkembangan kognitif memberi kemungkinan remaja untuk meninggalkan agama anak-anak yang diperoleh dari lingkungan dan mulai memikirkan konsep serta bergerak menuju agama “iman” yang sifatnya sungguh-sungguh personal.
2.PerasaaanBeragama
Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam perasaan yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain. Kondisi ini menyebabkan terjadinya perubahan emosi yang begitu cepat dalam diri remaja. Ketidakstabilan perasaan remaja kepada Tuhan/Agama. Perasaan remaja pada agama adalah ambivalensi. Kadang-kadang sangat cinta dan percaya pada Tuhan, tetapi sering pula berubah menjadi acuh tak acuh dan menentang.
3. Pertimbangan Sosial
Dalam kehidupan keagamaan, remaja cenderung dihadapkan pada konflik antara pertimbangan moral dan materil. Terhadap konflik ini remaja cenderung bingung untuk menentukan pilihan. Kondisi ini menyebabkan remaja menjadi cenderung pada pertimbangan lingkungan sosialnya.
4.PerkembanganMoral
Pertumbuhan dan perkembangan moral terjadi melalui pengalaman-pengalaman dan pembiasaan yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua. Perkembangannya baru dapat dikatakan mencapai kematangan pada usia remaja.
Comments